10 Pertanyaan Seputar Madu

Oleh: Abu Abdilhalim bin Muhammad Zaidin bin Achsan
(Pemerhati Herbal dan Pengobatan Tradisional, sekarang tinggal di Sleman)

”Minum madu adalah salah satu cara untuk menjaga kesehatan kita sekeluarga. Namun, dengan semakin bertambahnya minat masyarakat untuk mengkonsumsi madu, bahaya justru datang mengancam. Ya, kesehatan menjadi terancam, karena diduga telah banyak madu yang dicampur atau dipalsukan oleh para produsen madu yang tidak bertanggung jawab”

Mengingat banyaknya pertanyaan di masyarakat terkait seputar madu alami, kiranya perlu kami sampaikan beberapa pertanyaan yang sering muncul. Semoga jawaban yang kami sampaikan dapat menambah wawasan dan bermanfaat.

1.Bagaimana cara mengetahui keaslian madu yang akan kita beli di toko atau swalayan?
Jawab :
Madu asli dan alami dapat dikenali dengan ciri sebagai berikut:
–     Mempunyai izin yang benar dari Dinas Kesehatan atau Balai POM setempat (bisa P-IRT, MD, atau TR)
–     Aroma, warna, rasa, dan kekentalan yang khas.
–     Dikemas secara baik dan higienis (tidak bocor, atau yang semisalnya)
–     Ada garansi total dari produsennya, dimana semua madunya telah diuji di laboratorium.
–     Hasil pengujiannya harus memenuhi persyaratan SNI 0135. 45-2004 (uji kadar air, diastase indeks, kadar glukosa, kadar fruktosa, kadar sukrosa, HMF, dll).

2. Apakah cara pengujian dengan memasukan kuning telur ke dalam madu bisa dijadikan standar?
Jawab:
Di masyarakat memang berkembang kebiasaan untuk menguji keaslian madu dengan cara seperti di atas. Pengujian tersebut sebenarnya tidak seratus persen benar, masih butuh pembuktian melalui laboratorium.

3. Bagaimana dengan cara pengujian madu pada koran?
Jawab:
Sama saja. Karena pada madu yang asli sekalipun bila kadar airnya tinggi bisa merembes pada kertas koran, sebagaimana yang pernah diujikan oleh Bpk. M. Sadyi Masun di kalimantan (pemerhati produk lebah dan penulis buku “Jeli Memilih Madu”).

4. Apakah madu yang dikerumuni semut adalah madu palsu atau campuran?
Jawab:
Menurut oleh B. Sarwono, salah seorang ahli perlebahan di Indonesia, bahwa semut merupakan hama bagi lebah penghasil madu. Sebagai hama pengganggu, kehadiran semut di sarang lebah madu tentu dapat merugikan produksi. Hal ini disebabkan serangga ini memakan madu, tempayak, lilin dan sisa-sisa pakan lebah.
Pendapat ini didukung oleh Prof. Dr. D.TH. Sihombing. Guru Besar IPB (Institut Pertanian Bogor) ini menjelaskan “…menjadikannya sebagai rantaian makanan yang mengangkut madu, telur dan larva…”
Dari pendapat kedua ahli tersebut di atas, setelah mereka melakukan penelitian yang cukup lama, dapat kita simpulkan bahwa semut tetap suka dengan madu, apapun jenis madunya, madu asli maupun palsu. Pada kasus tertentu, memang semut tidak suka pada madu, hal ini bisa jadi disebabkan oleh faktor fermentasi pada madu. Sehingga penentuan keaslian madu dengan indikator tersebut tidak dapat diterima.

5. Lalu, apa cara yang cepat dan mudah bagi kita untuk mengecek keaslian madu?
Jawab:
Ada cara praktis yang dapat digunakan sebagai indikator minimal madu asli adalah:
–     Dengan memeriksa kadar keasaman madu dengan menggunakan indikator pH meter. Madu palsu biasanya memiliki pH 2,4-3,3 atau diatas 5. Sedangkan madu asli mempunyai pH 3,4-4,5.
–     Dengan menggunakan korek api (non gas/korek batang) tetap dapat menyala setelah dicelup ke madu, walaupun dalam waktu yang lama, maka madu tersebut asli. Cara ini membutuhkan waktu, karena adakalanya pada madu palsu sekalipun, korek dapat menyala bila setelah dicelup langsung dinyalakan (atau hanya menungu beberapa menit).
– Madu asli tidak akan membeku (atau mengeras, seperti es batu) bila disimpan di lemari es. Namun yang terjadi adalah pada sebagian madu akan mengalami pengkristalan.

–     Teteskan madu ke air dalam mangkok atau gelas bening. Bila tetesan madu jatuh tegak lurus dan tidak membuat keruh air dalam waktu lama (diatas 1 jam), maka diperkirakan bukan madu palsu.
–     Yang terbaik walaupun berbiaya adalah dengan menggunakan pengujian secara laboratorium. Standar yang digunakan adalah standar SNI 0135.45 – 2004 (uji kadar air, diastase indeks, kadar glukosa, kadar fruktosa, kadar sukrosa, HMF, dll).

6.  Mengapa madu dapat mengkristal? apakah ini menunjukan bila madu tersebut palsu atau tercampur?
Jawab:
Dapat dijelaskan di sini, bahwa kejadian mengkristal / berubah bentuk, memang banyak terjadi pada sebagian jenis madu, terutama bila madu disimpan pada suhu dingin. Pengkristalan dimulai dari bagian bawah wadah, madu perlahan-lahan akan mengalami pengkristalan atau berubah warna kuning atau keputihan. Hal ini lazim terjadi pada madu jenis madu karet, mete, kelengkeng, kaliandra, kopi, dan madu hutan belantara. Kejadian ini disebabkan oleh kandungan zat yang ada pada madu yang bernama dextrosa.
Sifat dextrosa adalah mudah mengkristal pada suhu dingin, begitu seperti dijelaskan oleh Prof.Dr. D.T.H. Sihombing, guru besar IPB (Institut Pertanian Bogor). Pendapat tersebut di atas juga didukung oleh RM. Sumo Prastowo, CDA dan R. Agus Suprapto, BA. Juga para ahli madu lainnya. Adanya partikel-pertikel kecil seperti debu, bee pollen, sisa lilin atau propolis, dan gelembung udara pada madu dapat juga menstimulasi kristalisasi pada madu.

7. Adakah penanganan bila madu mengkristal?
Jawab:
Umumnya terjadinya kristalisasi tergantung dari jenis madu dan penanganan pasca panen, dan kondisi penyimpanan. Kristalisasi pada madu tentu mengurangi kualitas madu yang dijual, kondisi ketika padatan madu sudah mencair akan mempercepat pertumbuhan khamir pada madu sehingga terjadilah fermentasi yang menghasilkan rasa asam pada madu.
Kristalisasi pada madu dapat dikurangi dengan menjaga suhu madu pada 40 derajat celcius sampai tujuh puluh satu derajat celcius selama pembotolan, penyaringan madu sebelum dikemas untuk menghilangkan partikel-partikel yang dapat memancing kristalisasi (National Honey Board, 2006).
Jika madu sudah terlanjur mengkristal sebaiknya madu dituang ke wadah kaca dan rendam dalam air hangat sambil di aduk sampai kristalnya hancur. Atau tuang madu ke wadah yang tahan panas kemudian panaskan dalam microwave, aduk setiap 30 detik sampai kristalnya mencair. Ingat, untuk mencairkan kembali kristal madu tidak dianjurkan untuk merebusnya.

8. Lalu apa pencegahannya agar madu tidak mengkristal?
Jawab:
Sebagai pencegahan, ingat tips berikut ini:
– Pilihlah wadah botol kaca untuk penyimpanannya, ingatlah untuk selalu tutup wadah madu dengan rapat.
–     Letakkan madu pada suhu ruang.
–    Agar madu selalu siap di konsumsi hindari penyimpanan madu pada kulkas/ruangan dengan pendingin (AC).
–     Dan jangan lupa, minumlah madu tersebut secara teratur. Ini solusi terbaik, madu habis sebelum mengkristal.

9. Amankah madu untuk penderita Diabetes?
Jawab:
Madu mengandung sekitar 100 unsur berbeda yang dianggap sangat urgen bagi tubuh manusia diantaranya adalah kandungan vitamin A, B1, B3, E, K dan Asam Folat yang bermanfat bagi kesehatan, khususnya bagi orang yang terkena sakit kencing manis. Bagi penderita diabetes, cukup sesendok makan madu untuk menambah gula di dalam darah secara cepat, sehingga dapat membangkitkan sel prancreas untuk menyemprotkan insulin.
Namun yang perlu diperhatikan adalah:
–     Orang yang terkena kencing manis harus rajin dan rutin memeriksakan darahnya. Hal ini diperlukan untuk membatasi kadar yang diperbolehkan, tentu saja atas petunjuk dari dokter.
–     Madu yang dikonsumsi adalah benar-benar madu alami.
Menurut Prof. Dr. Aznan Lelo, Sp.FK, PhD, ahli produk perlebahan dari Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, beliau menilai bahwa madu dapat dijadikan sebagai gula pengganti yang aman dan efektif bagi diabetesi.
Untuk penggunaan luar, madu telah terbukti efektif untuk membantu penyembuhan luka karena diabetes.

10. Bagaimana dengan anggapan, bahwa madu tidak pas untuk dikonsumsi oleh anak kecil (balita)?
Jawab:
Pendapat ini tidak sepenuhnya tepat. Ada jenis madu yang memang kurang pas untuk balita. Misalnya madu pahit (nektar bunga mahoni) atau madu Lanceng yeng terkenal asam (dihasilkan oleh jenis lebah Trigona SP). Adapun madu yang rasanya manis dan tidak asam atau pahit tidak masalah diberikan pada balita dan anak-anak, bahkan sangat baik untuk tambahan nutrisi dan gizi untuk mereka. Madu yang diberikan kepada balita dan anak-anak hendaknya dalam keadaan telah diencerkan dengan air yang masak, misalnya 2 sendok makan madu dalam 100 cc. Atau sesuai dengan kebutuhan anak-anak.

Sumber :
–     Sarwono, B. “Kiat Mengatasi Permasalahan Praktis Lebah Madu”. Jakarta: Cetakan III. Argomedia.
–     Sihombing, D.T.H. Prof Dr. “Ilmu Ternak Madu”. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada Press. 1997
–     Agus Murtijo, Bambang, “Memelihara Lebah Madu”. Yogyakarta: Cetakan III Kanisius. 2003
–     Tim redaksi majalah trubus,. “Beternak Lebah Madu”, Jakarta: cetakan XII. Trubus 1999
–    Suranto, Adji, Dr. SPA, Khasiat dan Manfaat Madu Herbal, Jakarta: Agromedia Pustaka, 2004
–     Masun, M. Sadyi , “Jeli Memilih Madu”, Yogyakarta: Adicita Karya Nusa 2005
–     Purbaya, J Rio, “Mengenal dan Memanfaatkan Khasiat Madu Alami”. Bandung: Cetakan pertama. CV Pionir Jaya 2002
–     Walji, Hasnain, Ph.D, Terapi Lebah, Daya Kekuatan dan Khasiat Lebah, Madu dan Serbuk Sari, Jakarta: Prestasi Pustaka, 2001.